Bagi masyarakat Kalimantan Selatan, Stadion 17 Mei Banjarmasin bukan hanya sekadar lapangan hijau tempat dua tim berebut gol. Ia adalah ikon. Sebuah simbol semangat, kebanggaan, dan cinta pada olahraga—khususnya sepak bola. Namun dalam beberapa tahun terakhir, stadion ini sempat kehilangan gemanya. Rumput liar tumbuh tak terkendali, tribun yang kosong membisu, dan semangat yang dulu berkobar mulai meredup.
Kini, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Pemprov Kalsel) bersiap menulis ulang kisahnya. Dengan komitmen penuh dan langkah konkret, stadion legendaris ini tengah dibangkitkan kembali sebagai rumah bagi pertandingan nasional dan pusat pembinaan bakat muda melalui Elite Pro Academy (EPA).
Renovasi Yang Dimulai Dengan Tekad
Renovasi Stadion 17 Mei sebenarnya telah dimulai sejak tahun 2019. Namun, berbagai tantangan membuat prosesnya berjalan lambat. Kini, di bawah kepemimpinan Wakil Gubernur Kalsel, Hasnuryadi Sulaiman, Pemprov menegaskan kembali komitmen mereka untuk mempercepat pembenahan.
“Kami akan rutin memantau proses renovasi stadion ini. Stadion 17 Mei adalah kebanggaan masyarakat Kalsel, dan sudah saatnya ia kembali menjadi panggung utama sepak bola nasional,” ujar Hasnuryadi dalam keterangannya di Banjarmasin, Minggu lalu.
Menurutnya, prioritas utama adalah menjadikan stadion ini layak untuk digunakan oleh EPA—kompetisi muda yang menjadi fondasi penting bagi regenerasi sepak bola Indonesia. Sementara itu, untuk pertandingan Liga 1, evaluasi lanjutan akan dilakukan agar stadion memenuhi seluruh persyaratan teknis dan keselamatan.
Menyelesaikan Satu Per Satu: Dari Tribun Hingga Rumput
Kabar baik datang dari sektor infrastruktur. Tribun stadion telah rampung 100 persen. Namun, perhatian kini tertuju pada lintasan lari dan kondisi lapangan utama. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kalsel, yang menjadi pelaksana teknis renovasi, mengungkapkan bahwa alokasi APBD Murni 2025 sebesar Rp4 miliar telah disiapkan untuk memperbaiki lintasan lari.
Namun Wakil Gubernur menekankan bahwa perbaikan rumput lapangan dan lingkungan sekitarnya adalah prioritas yang tak bisa ditunda. Dalam pemantauan sebelumnya, lapangan dinilai tidak rata dan dipenuhi rumput liar, hal yang tentu tidak layak untuk pertandingan profesional.
Kolaborasi Antarinstansi: Kunci Keberhasilan Proyek
Dalam proses revitalisasi ini, sinergi antarinstansi sangat dibutuhkan. Plt. Kepala Dinas PUPR Kalsel, M. Yasin Toyib, menegaskan bahwa pengelolaan dan pemeliharaan lapangan berada sepenuhnya di tangan Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Kalsel. Kolaborasi yang solid antara PUPR dan Dispora akan menentukan seberapa cepat dan efektif stadion ini bisa kembali hidup.
“Semoga proses perbaikan stadion selesai lebih cepat agar dapat segera digunakan untuk kegiatan olahraga, khususnya sepak bola,” ujar Yasin.
Dengan pembagian tugas yang jelas dan tujuan yang sama—membangkitkan kembali Stadion 17 Mei—optimisme pun kembali menyelimuti para pecinta sepak bola di Banjarmasin.
Mimpi Yang Lebih Besar Dari Sekadar Renovasi
Yang dilakukan Pemprov Kalsel bukan hanya soal memperbaiki bangunan. Ini tentang membangun ekosistem olahraga. Stadion 17 Mei dirancang untuk tidak hanya jadi tempat bertanding, tapi juga tempat berkembangnya talenta muda, tempat berkumpulnya komunitas, dan simbol harapan akan kebangkitan sepak bola daerah.
Keberadaan EPA di stadion ini nantinya akan mendorong lahirnya pemain-pemain muda berbakat dari tanah Banua. Dengan fasilitas yang memadai, pelatihan yang berkualitas, dan kompetisi yang rutin, Kalsel berpeluang besar mencetak bintang-bintang baru untuk sepak bola Indonesia.
Stadion 17 Mei Bukan Sekadar Lapangan, Tapi Warisan Semangat Olahraga Daerah
Ketika rumput mulai ditanam ulang dan tribun kembali dibersihkan, bukan hanya fisik stadion yang diperbaiki, tapi juga semangat kolektif masyarakat Kalsel. Stadion 17 Mei adalah saksi bisu perjuangan dan semangat tim-tim lokal. Kini, ia siap kembali menjadi medan pertarungan yang hidup, semarak, dan membanggakan.
Pemprov Kalsel telah menghidupkan kembali harapan. Tidak hanya untuk pertandingan, tapi untuk masa depan sepak bola Banua. Sebab, di balik beton dan rumput, ada mimpi yang lebih besar: menjadikan Kalimantan Selatan sebagai rumah bagi talenta hebat, komunitas olahraga yang solid, dan kejayaan sepak bola yang berkelanjutan.